Skema Bagi Hasil Hacktiv8 Mempromosikan Peluang Pendidikan TI
sayaTentunya dalam menghadapi tahun 2021 banyak perubahan yang akan terjadi di setiap aspek kehidupan kita sehari-hari, terutama setelah adanya pandemi Covid-19. Terutama bagi mereka yang hanya mencari pekerjaan di bidang teknologi, mereka mungkin menemukan situasi persaingan lain yang mengubah keterampilan yang mereka butuhkan.
Dengan kehancuran digital besar-besaran, mereka perlu mempelajari keterampilan baru yang lebih relevan di masa depan. Untuk meringankan situasi Hacktiv8 Sebagai bootcamp coding pertama di Indonesia, kami mencoba menghadirkan alternatif sistem pembayaran yang menarik. Artinya, perjanjian bagi hasil (ISA) atau skema bagi hasil. Berikan kesempatan kepada mereka yang ingin mengasah kemampuan di bidang IT.
Sistem ini dibangun berdasarkan beberapa penelitian yang ditemukan oleh Hacktiv8, dan penelitian LinkedIn menunjukkan bahwa enam dari sepuluh keterampilan yang paling dibutuhkan untuk bisnis ada di sektor TI. Enam adalah blockchain, komputasi awan, analisis data, pengembangan kecerdasan buatan (AI), desain UX/UI, dan komputasi ilmiah.
Baca juga: Telkomsel Umumkan Indonesia NEXT 2021, Siap Cetak SDM Unggul
Keterampilan yang dibutuhkan untuk IT semakin meningkat, namun sayangnya keadaan ini tidak sejalan dengan semakin meningkatnya minat mahasiswa di bidang teknologi informasi. Kesempatan bagi mereka untuk belajar dan mengejar karir di bidang ini seringkali terhambat oleh mahalnya biaya pelatihan dan pendidikan. Disini anda bisa menggunakan sistem skema bagi hasil Hacktiv8 sebagai solusinya.
Dalam rilis yang diterima Gizmologi (30/1), CEO Hacktiv8 Ronald Ishak mengatakan Indonesia merupakan salah satu ekosistem teknologi dengan pertumbuhan tercepat di dunia. “Ada banyak permintaan untuk posisi developer (pengembang aplikasi), tetapi ada kekurangan fasilitas pendidikan di bidang teknologi informasi,” jelasnya.
Dia juga membuat program perjanjian bagi hasil Hacktiv8 tersedia dengan mudah bagi siapa saja yang menginginkan pendidikan TI intensif sampai mereka siap bekerja, tanpa membayar biaya prabayar. Melalui program ini, lulusan Hacktiv8 tidak perlu membagi pendapatan atau mencapai pendapatan bulanan minimal Rp8 juta sebelum bekerja.
Setelah mencapai nilai ini, 20% dari pendapatan akan didistribusikan ke Hacktiv8 tanpa bunga atau penalti. Jumlah maksimum pembayaran tidak melebihi jumlah nominal Rp60 juta, atau 1,5 kali biaya pendidikan. Jangka waktu paling lama 5 tahun, dan jika ada lulusan yang tidak membagi penghasilan (karena menganggur atau penghasilan tidak memenuhi syarat), biaya pendidikan dibebaskan tanpa denda.
Memperoleh lebih dari 250 lulusan yang berhasil
Hacktive 8, pelopor program Indonesia Income Share Agreement (ISA), telah menerima banyak tanggapan positif dari mahasiswa dan pengusaha. Diluncurkan pada tahun 2021, lebih dari 250 siswa telah melamar dan berhasil mendapatkan pekerjaan impian yang menjanjikan. Sebagian besar lulusan mendapatkan pekerjaan dalam waktu 90 hari dan pendapatan rata-rata adalah Rp10 juta (total).
Salah satu wisudawan yang mengikuti program ISA Hacktiv8 adalah Ahmad Waluyo. Dari staf gudang, staf studio foto, pelayan restoran hingga tukang ojek online, setelah mengikuti program boot camp di masa pandemi, ia kini menjadi full-stack engineer di sebuah perusahaan swasta.
“Melihat persaingan dunia kerja yang semakin ketat, saya merasa harus meningkatkan kemampuan saya, dan tidak akan rugi. Akhirnya saya digaji bulanan, saya mencoba berhenti dari pekerjaan saya,” tambah Waluyo. Hacktiv8 sendiri bekerja sama dengan lebih dari 250 mitra rekrutmen untuk mencocokkan alumni dengan pekerjaan terbaik melalui fasilitas ketenagakerjaan.
Misi Hacktiv8 adalah memberi semua orang akses ke jangkauan pendidikan seluas mungkin. “Fokus kami tidak hanya memberikan sertifikat, tetapi juga memberikan pendidikan, menempatkan lulusan di tempat kerja yang tepat dan meningkatkan kualitas hidup,” jelas Ronald.
Post a Comment for "Skema Bagi Hasil Hacktiv8 Mempromosikan Peluang Pendidikan TI"